Find Me

Gentengjatiwangi - Find me on Bloggers.com


Our Partners

Faktor-faktro yang Mempengaruhi Partisipasi Belajar

Faktor-faktro yang Mempengaruhi Partisipasi Belajar
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa partisipasi merupakan suatu proses keikutsertaan individu dalam suatu aktivitas sosial yang terjadi dalam suatu situasi sosial tertentu. Perilaku individu yang mengarah pada keterlibatannya dalam suatu aktivitas sosial tersebut sudah tentu tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pengaruh tersebut, datang baik dari individu itu sendiri maupun dari luar individu atau dari alam lingkungan sekitarnya, mengingat begitu eratnya hubungan antara perilaku individu dengan lingkungannya. Hal ini terjadi hampir pada seluruh aktivitas dan perilaku manusia. Seperti halnya dengan perilaku belajar. Keterlibatan peserta didik untuk berinteraksi dalam proses belajar mengajar dipengaruhi beberapa faktor yang secara garis besarnya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal, adalah samua faktor yang ada pada peserta didik baik secara fisik maupun psikis. Faktor intern, terutama kegiatan psikologis individu, sangat berperan dalam menentukan perilaku individu sebagai upaya memberikan respon terhadap lingkungannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh para psikoanalisis yang pendapatnya dikutip oleh Sadirman AM. (2011:103) bahwa: “Manusia pada hakekatnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instinktif. Tingkah laku individu ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang memang sejak semula sudah ada setiap individu”.
“Seperti hal aktivitas belajar, perilaku individu dipengaruhi dan ditentukan oleh kekuatan jiwa atau psikologis seperti motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman, perhatian, pengamatan tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, dan bakat”. (Sadriman AM., 2001:38-44)
Berdasarkan keseluruhan faktor kekuatan psiokologis di atas, akan penulis kemukakan beberapa diantaranya dianggap sangat berpengaruh terhadp prilaku partisipasi belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar, yakni:
Motivasi
Motivasi dijelaskan oleh Sadirman AM. (2001:100) bahwa “Inovasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan”. Sedangkan menurut Abu Ahmadi (1999:192) bahwa “Motivasi/motif atau membangkitkan sehingga individu itu brebuat sesuatu”.
Dari pernyataan di atas dapat kita pahami, bahwa motivasi merupakan tenaga yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1996:60) bahwa “Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”.
Apabila motivasi dikaitkan dengan aktivitas belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Motivasi selalu berkaitan dengan segala pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Hal ini berarti, bahwa sesuatu, seperti aktivitas belajar, tidak terlepas dari upaya pemenuhan kebutuhan individu itus sendiri. Individu yang harus dipenuhinya. Demikian pula halnya, apabila individu menganggap belajar itu merupakan suatu kebutuhan, maka dengan sendirinya individu tersebut akan terdorong untuk berpartisipasi atau ikut serta dalam proses belajar mengajar.
Persepsi/Tanggapan/Ingatan
Persepsi merupakan salah satu potensi internal yang berperan dalam mengantisipasi dan memberikan reaksi terhadap stimulus. Persepsi ini akan memberikan dan menentukan arah pada perbuatan atau tindakan seseorang.
Pernyataan di atas menunjukkan, bahwa persepsi sangat erat hubungannya dengan perilaku individu. Seperti halnya dalam belajar, menurut Sadriman AM. (2001:43) bahwa : “Persepsi atau tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa. Karena tanggapan itu sendiri, adalah gambaran atau bekas yang ditinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan”.
Keterlibatan individu dalam suatu lingkungan, tidak terlepas dari upaya dirinya untuk mengamati alam sekitarnya. Individu akan mengamati keberartian atau kebermaknaan lingkungan atau setiap stimulus yang muncul dari lingkungan atau stimulus tersebut, dengan memiliki kecenderungan untuk merasa setuju atau tidak setuju, serta senang atau tidak senang. Rasa setuju dan senang terhadap stimulus karena jelas keberartiannya. Maka individu memberikan reaksi positif. Sedangkan dengan timbulnya pernyataan tidak setuju atau tidak senang dikarenakan kurang jelasnya keberartian stimulus bagi individu. Individu akan menyatakan atau memberikan reaksi negatif atau sama sekali tidak memberikan reaksi.
Demikian pula halnya dengan belajar, apabila proses belajar itu dipandang siswa sebagai sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi dirinya, maka sudah barang tentu individu akan memberikan respon positif dalam arti kecenderungan untuk berpartisipasi atau ikut serta secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dan sebaliknya apabila proses belajar mengajar itu dianggap kurang bermakna dan kurang bermanfaat bagi dirinya, maka individu cenderung untuk memberikan reaksi yang negatif, atau sama sekali tidak memberikan respon, dalam arti individu cenderung untuk tidak berpartisipasi dan tidak mau ikut serta dalam proses belajar mengajar tersebut.
Perhatian dan Minat
Perhatian menurut Sadirman AM. (2001:43) “Adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar”.
Adanya unsur perhatian dalam proses belajar mengajar, sangat menentukan terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Karena seperti halnya persepsi, perhatian berkaitan erat dengan perilaku belajar peserta didik. Adanya perhatian yang besar dalam diri individu atau peserta didik terhadap proses belajar mengajar, karena berjalannya proses belajar itu sendiri dianggap menarik perhatian peserta didik, akan menumbuhkan sikap positif dan merangsang minat peserta didik untuk belajar. Dengan menarik perhatian proses belajar mengajar, terutama disebabkan kemampuan guru itu sendiri dalam mengelola proses belajar mengajar, seperti penggunaan metode yang tpat, penguasaan materi yang mendalam, serta sesuai dengan prinsip-prinsip psikologis. Hal ini peserta didik akan terdorong minatnya untuk berperan serta atau berpartisipasi aktif mengikuti proses belajar mengajar sbagaimana mestinya.
Faktor Eksternal/Stimuli Belajar
Yang dimaksud dengan faktor eksternal, adalah faktor yang ada di luar diri siswa atau lingkungan siswa. Faktor ini disebut juga stimuli belajar. Yang disebut dengan stimuli belajar. Yang disebut dengan stimuli belajar menurut Abu Ahmadi (1991:131) “Adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar”.
Adapun yang termasuk ke dalam stimuli belajar ini, diantaranya adalah faktor material/bahan pengajaran, guru dan cara mengajarnya serta suasana lingkungan eksternal berupa motivasi keluarga sosial dan sebagainya.
Bahan Pelajaran
Menurut Nana Sudjana (2002:67) bahwa “Bahan pelajaran itu adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar”.
Bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru, searah dan berkaitan erat dengan pencapaian tujuan pengajaran, karena dengan melalui bahan pelajaran, siswa diatarkan pada tujuan pengajaran. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan diselenggarakannya proses pengajaran, dalam arti agar siswa menguasi bahan pelajaran, yang disampaikan, maka bahan pelajaran harus dipilih dan disesuaikan dengan kemampuan dan kematangan fisik dan psikis siswa.
Bahan pelajaran yang disampaikan guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki kadar keberartian, kesulitan, dan keluasaan pembahasan serta berat ringannya tugas yang diberikan. Dengan tidak terlepas dari keempat faktor tadi, peserta didik dalam proses belajar mengajar senantiasa akan memandang dan mempersepsi bahan pelajaran yang disajikan oleh guru. Pemahaman terhadap bahan pembelajaran yang disajikan, berkaitan erat dengan partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar. Peserta didik memiliki kecenderungan untuk menyukai pelajaran dan timbulnya minat pada dirinya untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar mengajar, apabila bahan yang disampaikan oleh guru, dianggapnya bermakna dan memberi arti bagi kehidupannya, mudah untuk dikaji dan dipelajari, bahannya singkat atau tidak terlalu panjang, serta tugas yang dibebankan oleh pelajaran tersebut terlatif ringan atau tidak terlalu berat.
Guru dan Cara Mengajarnya
Seorang guru menurut Cece Wijaya dkk. (1992:23) adalah “Orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru harus betul-betul membawa siswanya pada tujuan yang hendak dicapai”. Selanjutnya Cece Wijaya dkk. (1992:23) mengatakan “Guru harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas. Dan kriteria bagi seseorang guru ialah harus memiliki kewibawaan”. Pemilikan kewibawaan sebagai pantulan dari sosok pribadi yang luhur, adalah merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seseorang guru, untuk menopang tugas dan menjalankan peran sucinya sebagai pendidik. Karena dengan memiliki kewibawaan, berarti guru tersebut mempunyai keunggulan, sesuatu yang memberi kesan dan pengaruh baik bagi dirinya maupun bagi orang lain, terutama bagi para muridnya.
Pengaruh pemilikan kewibawaan dan sejumlah potensi kepribadian yang utama oleh seorang guru, akan melahirkan rasa simpati dari diri murid terhadap gurunya. Kelanjutannya, dengan tumbuhnya rasa simpati pada diri murid terhadap gurunya tersebut, akan melahirkan suatu sikap penuh perhatian kepada gurunya, pada mata pelajarannya dan pada bahan pelajarannya yang disajikannya dan lebih jauh lagi peserta didik terdorong untuk mterlihat atau berprestasi secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Untuk mencapai keberhasilan proses belajar mengajar, dan sekaligus mendorong murid belajar, di samping diperlukan kewibawaan dan kepribadian utama pada diri guru, dituntut pula agar guru itu memiliki kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, mulai dari tahap persiapan, tahap penyajian sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut. Guru mengusahaakan selama terjadi proses belajar mengajar tersebut, partisipasi aktif dari peserta didik hendaknya tetap terjalin menurut Slameto (1995:92) untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a) Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Di dalam belajar siswa harus mengalami aktivitas mental, misalnya pelajar dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berpikir kritis, kemampuan menganalisis, kemampuan mengucapkan pengetahuannya dan lain sebagainya, tetapi juga mengalami aktivitas jasmani seperti mengerjakan sesuatu, menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan lain-lainnya.
b) Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, dan kelas menjagi hidup. Metode penyajian yang selalu sama akan membosankan siswa.
c) Motivasi, hal ini sangat berperan ada kemajuan, perkembangan siswa selanjutnya melalui proses belajar. Bila motivasi guru tepat mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan belajar. Dengan tujuan yang jelas, siswa akan belajar lebih tekun, lebih giat dan bersemangat.
d) Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan masyarakat dikatakan bahwa kurikulum itu baik dan seimbang. Kurikulum ini juga harus mampu mengembangkan segala segi kepribadian siswa, di samping kebutuhan siswa sebagai anggota masyarakat.
e) Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individu. Guru tidak cukup hanya merencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing siswa mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya intelegensi, bakat, tingkah laku, sikap dan lain-lainnya. Hal ini mengharuskan guru untuk membuat perencanaan secara individu pula, agar dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa secara individu.
f) Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Dengan persiapan yang matang dapat menimbulkan banyak inisiatif dan daya kreatif mengajar antara guru dengan ssiwa.
g) Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada siswa. Sugesti yang kuat akan merangsang siswa untuk lebih giat belajar.
h) Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya, juga masalah-masalah yang timbul waktu proses belajar mengajar berlangsung. Keberanian menumbuhkan kepercayaan diri sendiri, sehingga guru dapat berwibawa di depan kelas, maupun di luar sekolah. Kewibawaan guru menyebabkan segala cita-cita yang ditanamkan kepada siswa akan diperhatikan dan diresapkan oleh siswa yang bersangkutan.
i) Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis di sekolah. Lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, bertenggang rasa, memberi kesempatan pada siswa untuk belajar sendiri, berpendapat sendiri, berdiskusi untuk mencari jalan keluar bila menghadapi masalah, akan mengembangkan kemampuan berpikir siswa, cara memecahkan masalah, kepercayaan pada diri sendiri yang kuat, hasrat ingin tahu, dan usaha menambah pengetahuan atasu inisiatif sendiri,
j) Pada penyajian bahan pelajaran pada siswa, guru perlu memberikan masalah-masalah yang mengenai sasaran menyebabkan siswa dapat bereaksi dengan tepat terhadap persoalan yang dihadapinya. Siswa akan hidup kemampuan berpikirnya, pantang menyerah bila perosalannya belum memperoleh penyelesaian.
k) Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan, sehingga siswa memiliki pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah seperti pada sistem pengajaran lama, yang memberikan pelajaran secara terpisah-pisah satu sama lainnya. Siswa tidak memperoleh gambaran bahwa diantara ilmu-ilmu pengetahuan itu saling berhubungan dan saling melengkapi. Untuk menghindari proses berpikir yang demikian maka perlu segala pelajaran yang diberikan kepada siswa diintegrasikan.
l) Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat. Bentuk-bentuk kehidupan di masyarakat dibawa ke sekolah, agar siswa mempelajarinya sesuai dengan kenyataannya. Bila siswa telah selesai pendidikannya dan bekerja di masyarakat tidak akan canggung lagi, karena telah biasa dilakukan di sekolah.
m) Dalam interaksi belajar mengajar, guru arus banyak memberikan kebebasan pada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal mana itu akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang dikerjakannya, dan kepercayaan pada diri sendiri, sehingga siswa tidak selalu menggantungkan diri pada orang lain.
n) Pengajaran remedial. Banyak faktor menjadi penyebab kesulitan belajar. Guru perlu meneliti faktor-faktor itu, agar dapat memberikan diagnosa kesulitan belajar dan menganalisis kesulitan-kesulitan itu. Dari sebab itu guru harus menyusun perencanaan pengajaran remedial pula, dan dilaksanakan bagi siswa yang memerlukan. Bila semua syarat itu dipenuhi oleh guru waktu mengajar, diharapkan interaksi belajar mengajar itu meningkat, atau dapat dikatakan guru melaksanakan mengajar yang efektif. Pandangan
Pandangan lain menurut Slameto (1995:95) mengajar yang efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Penguasaan bahan pelajaran
Guru harus menguasai bahan pelajaran sebaik mungiin, sehingga dapat membuat perencanaan pelajaran dengan baik, memikirkan variasi metode, cara memecahkan perosalan dan membatasi bahan, membimbing siswa ke arah tujuan diharapkan, tanpa kehilangan kepercayaan terhadap dirinya.
b) Cinta kepada yang diajarkan
Guru yang mencintai pelajaran yang diberikan, akan berusaha mengajar dengan efektif, agar pelajaran itu dapat menjadi milik siswa sehingga berguna bagi hidupnya kekal. Guru yang cinta pada pekerjaannya, akan menyadari pula bahwa mengajar adalah profesinya, sehingga pantang mundur walaupun banyak mengalami kesulitan dalam tugasnya. Ia berusaha mengatasi dengan ketentuan, kesabaran dan ketelatenan.
c) Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Pengetahuan yang dibawa siswa dari lingkungan keluarganya, dapat memberi sumbangan yang besar bagi guru untuk mengajar.
d) Waktu guru mengajar bila hanya menggunakan salah satu metode maka akan membosankan, siswa tidak tertarik perhatiannya pada pelajaran. Dengan variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.
e) Bila guru mengajar, harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Pengetahuan yang aktual dan menarik minat ssiwa, karena mereka saat itu sedang mengalami peristiwa itu juga, sehingga pelajaran guru akan menimbulkan rangsangan yang efektif bagi belajar siswa.
f) Guru harus berani memberikan pujian. Pujian yang diberikan dengan tepat, dapat mengakibatkan siswa mempunyai sikap yang positif, dari padai guru selalu mengkritik dan mencela. Pujian dapat memberikan motivasi belajar siswa dengan positif.
g) Seorang guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individual. Masing-masing siswa mempunyai perbedaan dalam pengalaman, kemampuan dan sifat-sifat pribadi yang lain, sehingga dapat memberikan kebebasan dan kebiasaan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan penuh inisiatif dan kreatif dalam pekerjaannya.
Motivasi Sosial
Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi memenga peranan penting pula. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik kepada anak-anak, maka timbullah pada diri anak itu dorongan serta hasrat untuk belajar lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Ngalim Purwanto (1996:60) bahwa “Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”. Sedangkan pengertian motivasi sosial menurut Mindgren yang pendapatnya dikutip oleh Abu Ahmadi (1992:192) adalah “Motif dipelajari melalui kontak dengan orang lain dan bahwa lingkungan individu memegang peranan yang sangat penting”.
Motivasi sosial sangat penting peranannya terhadap peserta didik untuk belajar, karena dari lingkungan masyarakat itulah, seseorang mendapat nilai-nilai yang tidak terlepas dari landasan adat istiadat, atau kebiasaan masyarakat setempat, yang tentunya sudah mewarnai terhadap pola kehidupan baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Motivasi sosial ini kadangkala terjadi dengan tidak disadari, yang muncul tidak hanya terbatas dari pihak keluarga dan guru, dan tetapi juga dari kalangan masyarakat luas, seperti dari tetangga, sanak saudara, teman spermainan, dan sebagainya.

0 comments:

Post a Comment

Komentar

| HOME | PRODUK | HARGA | ___________________ | HOME | PRODUK | HARGA |
___________________________________________________________________





Popular Posts

 
 
Copyright © Genteng Jatiwangi
Blok Rabu Desa Burujulwetan Kec. Jatiwangi Kab. Majalengka 45454 HP.085295645683
Blogger Theme by BloggerThemes TheBestSponsor